Robi Suganda
Semoga bermanfaat dan mendorong kebaikan buat kita semua
Sabtu, 04 Juni 2016
Prolog : Gairah Kerja
Sabtu, 28 Mei 2016
Sepuluh Ide Menulis
Kelas kedua KMO diajari teknik mencari ide. Nah, diakhir kelas kami diminta membuat minimal 10 ide menulis, berikut ide ide saya
1. Kerja
2. Mengasuuh Anak bagi lelaki
3. Membaca
4. Browsing
5. Berkendara motor
6. Menulis novel
7. Shalat
8. Mengunjungi perpustakaan
9. Makan
10. Menulis FF
Nah, itu dia 10 pekerjaan yang terlintas dibenak saya. Sebenarnya sih, ga usah mikir, harus langsung tulis. Tapi mungkin karena banyak ngisi waktu ga jelas saya jadi bingung nulis apa. Sempat loading. Hehe...
Moga-moga telur2 ide di atas menetaskan tulisan bermanfaat. Aminn
Selasa, 24 Mei 2016
Kenapa Saya Menulis?
Kenapa Saya Menulis??
Mulanya, awal-awal keinginan menulis muncul, karena saya terkesima dengan beberapa buku yang saya baca. Khususnya fiksi dan buku motivasi. Lalu, muncul gairah untuk ikut menulis juga. Pikir saya, saya juga bisa menulis, dan mungkin akan terlihat keren kalau sudah punya buku sendiri. Hehe
Seiring pembelajaran yang maju mundur sesuai waktu luang dan mood, sambil mengatasi kesulitan-kesulitan yang menghadang(hehe lebay), pelan-pelan niat saya berubah.
Peubahan niat ini terjadi dalam proses belajar menulis. Dulu awal-awal belajar(sekarang pun masih belajar) kalimat saya selalu dibumbui istilah-istilah yang tidak umum dan terkesan berbobot. Kalimat pun dibuat semenarik mungkin bahkan sedikit dipuitiskan. Itu semua agar terkesan keren. Sayangnya ketika dibaca dahi malah mengkerut. Tulisan justru tidak enak dibaca. Fiksi juga demikian, awal-awalnya, semua kalimat seolah puitis dan memakai diksi yang tak umum. Hasilnya sama, nggak nyaman dibaca. Sampai saya paham, orang-orang mengkerut bahkan malas melanjutkan membaca mungkin karena merasa tidak jelas, ini toh mau nulis apa? Mau ngasih pesan apa?
Jadi saya menyadari menulis itu menyampaikan pesan. Maka saya harus menyerderhanakan penyampaian.
Tidak perlu rumit-rumit. Pembaca harus bisa mencerna tulisan saya tanpa mengkerut dan tidak bosan. Lebih bagus kalau pembaca sampai tidak beranjak hingga selesai membaca. Demi apa? Demi pesannya sampai. Sebab saya baru menyadari tulisan-tulisan yang bagus menurut saya waktu itu, adalah mudah dicerna dan pesannya dapat, meski materinya tidak sederhaha.
Nah, namanya semangat ada naik-turunnya, kalau saya sering turunnya, hehe, di masa itu, tentu saya tidak menulis, yang saya lakukan adalah membaca. Semalas-malasnya membaca minimal membaca postingan-postingan orang yang bertebaran di FB.
Di sinilah saya baru menyadari hal yang lebih penting berkenaan tentang urgensi menulis. Hal serius dan amat serius mengapa saya harus menulis.
Saya membaca banyak tulisan yang bagus, berbobot, penyampaian sederhana, enak dibaca, pesan yamg kuat tapi sayang, menjerumuskan. Sekali lagi menjerumuskan!!
Misalkan, bagaimana sebuah artikel seseorang dengan pendidikan tinggi (S2, S3) pada akhirnya menuntun mendukung miras, LGBT, membela pemimpin yang sudah terbukti tidak kompeten, menjatuhkan orang orang baik, juga ada pula penulis yang lihai menggiring kita meragukan kembali isi kitab suci, sejarah2 nabi, dan menolak ajaran2 suci!!
Hebatnya, tulisan mereka begitu samar tanpa memperlihatkan kebencian. Bahkan pembaca tulisan itu yang notabene sudah memiliki keyakinan yang mendarah daging bisa bertanya-tanya lagi tentang keyakinanya. Tidak sedikit teman yang saya minta baca mengangguk-nggauk. Lalu berujar, "benar juga ya? Jangan-jangan cerita itu cuman dongeng? "Wah isi kitab suci sudah tidak telawan ya!"
Saya menelan ludah, merasa miris. Disaat bersaman juga merasa marah. Marah karena detik itu saya tak punya sedikit pengetahuan pun untuk membahtah. Saya merasa kecil dan bodoh. Untuk membela yang kita yakini bertahun-tahun saja saya tidak mampu.
Tidak sedikit Tulisan2 itu dilike ribuan dan dishare ratusan orang. Miris bukan??! Bayangkan bagaimana bila itu dibaca banyak orang yang sebelumnya sedikit punya keyakinan. Yang banyak saja bisa ragu. Di titik itu saya menyayangkan dua kelemahan, pertama sedikit pengtahuan(jarang baca) dan tidak punya kemampuan menulis.
Tidak hanya itu, coba rasakan bagaimana kondisi negara sekarang? Untuk warga sipil biasa apa yang bisa kita lakukan untuk mengkritisi pemerintah? Demo saya kira tidak efektf malah mempersulit diri terlebih media maenstrem seolah tidak merestui perjuangan jalan. Mereka kehilangan objektifitas dalam jurnalisme. Lalu apakah saya diam? Tidak. Sekarang era digital, tulisanlah senjata ampuh.
Apa yang disampaikan kang Tendi pada kelas pertama menegaskan kembali keyakinan saya bahwa saya harus punya niat yang agung, lebih dari sekadar uang dan popularitas. Menulis bagi saya adalah cara saya melakukan perubahan. Melawan kesesatan yang merajalela merajai pikiran sekarang ini.
Menulis untuk menebarkan pesan positif, mengubah banyak orang menjadi lebih baik, melawan pesan sesat dan membahayakan. Pada akhirnya menulis fiksi atau non fiksi harus ada sedikitnya pesan baik untuk perubahan. Sekalipun membuat seseorang yang mulanya malas mandi jadi rajin. Biasa atau malas menyambut ramdhan jadi gembira, dll. Kalau belum mumpuni dengan hal-hal besar paling tidak kita dapat melakukan hal-hal kecil atau perubahan-perubahan kecil.
So, saya belajar menulis untuk perubahan!
Robi Suganda
Minggu, 22 Mei 2016
Momen Perubahan
Ada apa dengan Ramadhan?
Rasa-rasanya urusan "Ada apa dengan cinta?" udah kelar ya. Sekitar satu juta penduduk indonesia kira2 sudah memenuhi rasa penasarannya bagaimana kabar cinta ketika ditinggal selama 14 tahun, hehe
Nah, Sekarang yang lebih penting mari kita bertanya, Ada apa dengan Ramadhan? Inget lho, kedatangan Ramadhan tinggal menghitung hari. Kalo yang terbayang cuman bubar bareng temen, bakal puasa seharian, susah payah bangun sahur, trawih, ongkos mudik, ongkos baju baru, nyiapin dana thr keluarga dll. Hemm... hati-hati takutnya bulan ini malah berlalu tanpa meninggalkan bekas positif sama sekali buat kita.
Sekali lagi berhati-hatilah, apalagi saat kita merasa biasa saja meyambut ramadhan. Bahkan ketika mendengar nama bulan agung itu, hati kita sedikitpun tidak berdesir. Seolah bulan itu sama seperti bulan lainya, celakanya, lebih berbahaya lagi malah merasa terbebani dengan datangnya bulan ini.
Bila itu terjadi, mungkin kita kurang mengenal dengan bulan suci itu. Ada apa sih dengan Ramadhan?
Sebelumnya, Ramadhan adalah bulan yang istimewa dibanding bulan lain.
Di bulan ini diturunkannya Kitab suci Al-Qur'an dan kitab-kutab suci lainnya seperti suhuf ibrahim, Zabur, Taurat, Injil. Seolah menjelaskan awal perubahan peradaban manusia berangkat dari bulan ini.
Di bulan ini tersedia sejumlah amal ibadah yang tidak ada di bulan lain.
Seperti berpuasa sebulan penuh, membayar Zakat fitrah, melakukan shalat malam berjamaah, Melakukan itikaf 10 hari terakhir.
Di bulan ini terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Dalam buku tarhib dan amaliyah Ramadhan karya Muhammad Ridwan Yahya, bulan ini memiliki beberapa buah sebutan yang sekaligus menjadi hakikat ramadhan.
Seperti :
Syahrut-Tarbiyah Wat-Ta'alim
#Ramadhan mendidik kita sabar, disiplin, jujur dan peduli sosial.
Syahrul -Ibadah
#Di bukan ini ibadah kita cenderung meningkat.
Syahrul Qur'an
#Bulan diturunkannya AlQur'an
Syahrul Da'wah
#Di bulan ini Kegiatan dakwah cenderung meningkat
Syahrul Jama'ah Wal-Ukhuwah
# Di bulan ini banyak aktivitas yang menumbuhkan kembali ukhuwah islamiyah karena seringnya tatap muka. Dll
Syahrul Taubah
#Bulan ini momentum paling tepat bertaubat
Syahruz zakah Wal Infaq
#Khususnya melakukan zakat fitrah, Amalan yang hanya ada dalam Ramadhan.
Ada banyak hadiah, bonus, keistemewaan atau keutamaan yang disediakan di bulan ini.
Di bulan ini, setiap amalan di balas dengan pahala melimpah. Setiap doa besar kemungkinan atau berpeluang besar dikabulkan.
"Apabila Ramadhan tiba, maka pintu-pintu surga dibuka, Neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkenaan dengan hadis diatas, kata Syaikh Shaleh Al-Utsaimin, makna dari :
*Pintu surga di buka adalah banyak amal shaleh di dalamnya." "Bahwa peluang mendapat surga dibulan ini semakin terbuka"
*Neraka di tutup adalah karena sedikitnya kemaksiatan yang silakukan orang beriman dibulan ini." "Bahwa peluang membebaskan diri dari neraka sangat besar di bulan ini."
*Syetan dibelenggu
(Penjelasan hadis diambil dari buku tarhib dan amaliyah Ramadhan)
Melihat bonus, hadiah, keutaman atau keistemewaan yang begitu banyaknya, sudah sepantasnya kita bergembira menyambut bulan ini.
Sama halnya seperti yang dicontohkan Rasullulah ketika menyambut rmadhan, beliau akan mengabarkan kepada para sahabatnya dengan ungkapam kabar gembira ;
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini Alloh SWT menurunkan rahmat-Nya, menghapuskan dosa dan mengabulkan do'a. Dia menyaksikan perlombaan kalian pada bulan ini dan membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya. Oleh karena itu perlihatkanlah kepada Alloh kebaikan pada diri kalian, karena sesungguhnya orang yang celaka itu ialah orang yang tidak mendapatkan rahmat di bulan ini."
Nah, bila rasa gembira atau rindu akan hadirnya bulan agung ini sudah muncul, Berdoalah! Agar kamu berkesempatan bertemu bulan yang datang setahun sekali ini. Ngga seperti cinta yang demi rangga harus nunggu 14 tahun(hehe). Ingat juga, tidak semua orang diberi kesempatan berjumpa Ramadhan, tak jarang detik-detik menjelang ramadhan atau jauh-jauh hari sebelumnya sanak saudara, teman atau tetangga kita sudah dipanggil duluan ke hadapanNya.
"Ya Alloh berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami ke bulan ramadhan."
Jangan lupa lakukan persiapan fisik, hati dan ilmu. Agar satu bulan nanti betul-betul bisa dioptimalkan. Kita bukan tergolong orang yang menyia-nyiakan banyak bonus yang melimpah di depan mata.
Rasulullah pun melakukan persiapan. Pada bulan syaban Rasululah melakukan puasa sunnah lebih banyak dibanding bulan yang lain.
Terakhir, ingat Ramadhan itu momen latihan dan perubahan. Jadi ukuran keberhasilannya bukan ketika kamu berhasil melakukan banyak hal di bulan ini saja. Tapi 11 bulan berikutnya. Moga kelak sedikit banyak bekas bekas Ramadhan membekas hingga sebelas bulan berikutnya. Membuat kita menjadi benar benar pribadi takwa. Amin..
Rabu, 18 November 2015
Jeruji Kaca
Saya membenci bosan sama seperti membenci malas. Saat merasakan bosan seolah jiwa saya terseret dalam sebuah penjara kaca. Mendekam di sana. Hanya mampu bercermin dan itulah jenis siksaannya. Setiap saat hanya melihat wajahmu, tangan, kaki atau tubuhmu. Berhari-hari dari membuka mata dan memejamkannya lagi, mau tidak mau hal minimal yang dilakukan yaitu melihat bayanganmu dalam cermin. Bosan, bukan? Membayangkannya saja sudah mengerikan.
Maka apa yang di harapkan saat itu? Aku mengharapkan dapat memecahkan kaca tetsebut. Atau seseotang dari luar tiba-tiba menggantamkan palu. Kaca retak. Dan beberapa detik kemudia pecah lantas aku keluar. Bebas.
Bosan ialah tentang rutinitas dan ketidakbetdayaan. Sekat-sekat kaca tak terlihat sering tidak disadari membatasi. Kebosanan itu merenggut kebahagiaan.
Maka lakukan sesuatu, untuk menghancurkan penghalang itu. Lakukan dobrakan. Lakukan hal yang dulu tidak berani kamu lakukan. Atau yang sempat tertunda. Atau kamu lakukan setengah-setengah. Bisa jadi justru itulah senjatamu (baca :passion)selama ini yang selama ini tanpa sadar kamu cari untuk menghancurka jeruji sel mu.
Atau bila kamu tidak bisa melakukannya sendiri, saat ini. Carilah seseorang yang bisa melakukannya untukmu. Menepuk baahumu. Menyemangatimu. Menarikmu keluar dari zina nyaman. Mengenalkanmu dmbagaimana indahnya dunia ktika kau berhasil menjalaninya dengan sempurna. Carilah seseorang dengN pengalaman menghancirkan kaca tersebut. Karena dialah yang paling bisa menghancurkan kacamu.
Sabtu, 26 September 2015
Kucing Sialan!
Prompt #89 : Kucing Sialan!
#mudahan ngerti
Jumat, 18 September 2015
Gadis Penguyah Hujan
Oleh Robi Suganda
Sumber Gambar : riskandani93.wordpress.com
Apa yang ada dalam benaknya ?
Setiap kali hujan menyapa bumi,
di halaman komplek ruko,
kudapati seorang gadis tanpa malu sedikit pun
selalu melakukan hal aneh.
Bermula ketika hari kedua setibaku di ruko milik paman. Ayah memaksaku menemani paman saat libur kuliah. Ketika hujan turun, saat hendak menutup jendela lantai atas, Aku terperangah. Tampak seorang gadis, memejamkan mata sambil membuka tangannya lebar-lebar, kepalanya menengadah ke langit. Seolah menyambut rinai-rinai hujan yang membasahi sekujur tubuhnya. Ia tersenyum lantas setengah berlari mengitari halaman. Ia seperti kegirangan menyambut hujan.
"Gadis bodoh, paling habis ditembak lelaki, " lirihku lantas menutup jendela.
Saat makan malam, kutanyakan ikhwal gadis itu. Paman menggeleng, lalu tiba-tiba berujar,
"Setahu paman, kekasihnya pernah kecelakaan dekat sini." Kutangkap raut aneh dari wajahnya. Aku terpekur, gadis yang malang, batinku.
Tidak hanya sekali, esok, lusa bahkan dalam seminggu tiap kali hujan turun, ia melakukan hal yang sama. Ini jelas bukan tentang cinta. Dan entah mengapa perlahan aku jadi menikmati tingkahnya. Hingga tiap datangnya hujan, sesuatu dalam hati mendorongku untuk mengintipnya lewat jendela.
***
Malam ini langit cerah. kulihat ia tengah duduk seolah menanti kedatangan hujan. Setelah mengumpulkan keberanian, didesak oleh rasa ingin tahu yang tak tertahankan, kucoba menghampirinya.
"Hujan itu kenangan, aku hanya menikmatinya," Ungkapnya menjawab rasa ingin tahuku. Ia menjawab santai sambil menggoyang-goyangkaan kakinya.
"Karena itu kamu selalu menari-nari kala hujan tiba?" Ia bergeming, tersenyum memandangi langit. Lalu tanpa melihatku, ia membalas,
"Mungkin, Kak. suatu saat bergeraklah bersamaku di bawah rinai-rinai hujan ini. Kakak akan mengerti," gadis itu lantas menatapku, seolah ia berseru dengan nada menantang, Berani?
"Ogah!" aku melengos.
***
Hujan tiba. Angin melalui celah jendela membisikiku, lantas seperti biasa segera diam-diam kuintip gadis itu melalui jendela. Hujan mereda, tapi tetap tak nampak batang hidungnya. Begitupun esok dan lusa. Berasa kehilangan. Kecemasan menggelayutiku. Kuminta alamatnya pada paman. Ia terdiam dan menyodorkan selembar kertas berisi alamat. Aku mengetuk pintu rumahnya, yang ternyata tidak jauh.
"Fais? Silahkan masuk." Pria setengah baya itu langsung menuntunku kekamar. Dahiku berkerut. Ada yang mengganjal. Kudapati gadis itu terbaring lemah dengan selimut menyelimuti hampir seluruh tubuh selain kepala.
"Ternyata kamu sakit."
"Akibat hujan sepertinya."
"Siapa suruh bermain hujan."
"Kamu."
"Maksudmu?"
Ia diam lalu menunjuk sebuah foto yang bertengger di dinding belakangku. Aku terkejut. Tampak gambar kami berdua. Hah. Bagaimana bisa. Beribu tanda tanya hinggap di kepala. Seolah membaca raut penuh tanya, Ia berkata,
"Kamu hilang ingatan Fais, karena kecelakaan setahun lalu." Langit-langit terasa runtuh. Pikiranku kacau. Perasaan campur aduk. Mendadak aku pamit tanpa berkata apapun.
Itulah mengapa tadi ayahnya tahu namaku, padahal tak pernah sekalipun kuberitahu gadis itu?Kecelakaan itukah yang dimaksud paman dulu? Apakah ia menari demi membuka kembali kenangan? Inikah mengapa ayah memaksaku kesini? Pertanyaan demi pertanyaan menghujani kepalaku. Menyesakkan dada. Aku berlari entah karena apa. Semuanya tampak kabur. Benarkah semua ini?
Hujan menyapa. Mendadak aku berhenti. Membiarkan bulir-bulirnya menyentuh pori-pori kulitku. Mataku terpejam. Menikmati. Lantas perlahan pikiranku melayang. Tampak diriku dan gadis itu berlari-lari di bawah hujan. Begitu riang. Si gadis tertawa lebar. Satu demi satu kenangan itu hadir. Apakah gadis penyuka hujan itu adalah kekasihku?
-End-